Ciptakan Inovasi Atasi Masalah Kesehatan dan Lingkungan
SIDOARJO – AFEKSI.COM – Tiga tim peneliti SMAN 1 Sidoarjo (Smanisda) borong gelar juara pada Global Competition For Life Sciences (Glocolis) 2024. Tiga inovasi mereka seluruhnya mendapatkan medali emas. Unggul dari ratusan peserta lainnya baik dalam maupun luar negeri. Inovasi pertama, karya Azkarana Rectaversa Almadira, Raya Matahari, Hilman Hafiz Al-Ramzi, Arfa’ Nashry dan Athaillah Qasthalany. Mereka membuat yogurt bubuk dari ekstrak rumput laut sebagai solusi gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Koordinator tim, Raya menuturkan masyarakat sangat butuh makanan dengan kandungan tinggi yodium. Sebab kekurangan yodium memicu banyak masalah kesehatan. “Ternyata rumput laut tinggi yodium, karena itu kami tercetus ide membuat ekstrak rumput laut sebagai yogurt bubuk,” katanya. Saat ini yogurt banyak digemari. Sehingga, timnya ingin membuat inovasi yogurt tapi solutif. Tercetuslah ide membuat serbuk yogurt tersebut. “Bibuat serbuk agar lebih awet. Tahan sampai 13 di suhu ruangan,” katanya. Di kulkas lebih awet. Setelah diuji lab di Universitas Brawijaya, yogurt mereka tinggi yodium. Hasil uji lab, kandungan yodiumnya 165 part per milion (ppm) perhari. “Kebutuhan sehari-hari kita hanya 100-150 ppm. Jadi sudah sangat mencukupi,” katanya. Berkat inovasi itu, mereka dapat medali emas kategori food technologi. Tim kedua, mereka membuat filter rokok dari serat tanaman kenaf. Karya Alfurqonee Maharani Rezky Adynur, Mohammad Faeyza Azhari, Naura Azkania, Rakha Andhika Pranaja dan Sandya Rakha Yuswanto itu muncul karena selama ini filter rokok ternyata sulit terurai. Ketua tim, Alfurqonee menyebut timnya membaca sejumlah jurnal dan menemukan ternyata perokok aktif di Indonesia mencapai 70 juta orang. Artinya, sampah puntung rokok lebih dari itu. “Ternyata sampah filter rokok itu susah terurai. Bisa bertahun-tahun. Karena ada kandungan plastiknya,” katanya. Timnya pun mencoba membuat filter dari serat enceng gondok dan tebu. Hasilnya kurang maksimal menyaring racun. Akhirnya pihaknya menggunakan serat tanaman kenaf atau rami. “Kami keringkan, dijadikan bubuk lalu ditambah pengental hingga jadi filter. Terbukti bisa menyaring racun,” katanya. Karena ada kandungan alkaloid dan flavonoid sebagai zat penyaring racun. “Bisa terurai dalam 3 sampai 6 bulan,” katanya. Tim ketiga tak kalah menarik. Tim yang berisi Brian Wijaya, Endika Radika Mahenra Putra, Achmad Rifqi Maulana Nashar, Satria Utama dan Estining Wardhani itu membuat mesin pengolah limbah feses maupun urine. Penelitian tersebut juga berangkat dari masalah sosial. “Banyak kandungan bakteri ecoli di sungai, karena itu kami membuat alat untuk memproses feses dan urine untuk membantu agar sungai tidak tercemar,” kata Satria Utama. Mereka menyebut mesinnya dengan Microbial Fuel Cell (MFC). Mesin dipasang di pipa keluaran toilet. Mesin tersebut terdiri atas dua kompartemen berisi bakteri. “Air limbah baik urine atau feses yang masuk mesin itu akan yang awalnya asam menjadi lebih netral. Kami masukkan bakteri di mesin tersebut untuk memakan bakteri jahat dan mengubah asamnya jadi netral,” terang Satria. Selain itu, MFC juga bisa jadi pembangkit listrik dengan memanfaatkan interaksi bakteri yang ada di dalamnya. Kepala SMAN 1 Sidoarjo Eko Redjo Sunariyanto mengatakan capaian prestasi tersebut menambah deretan prestasi yang diperoleh siswanya. “Ke depan, semua lini kompetensi harus dikuasai siswa, akademik dan nonakademik,” katanya. Targetnya adalah memberi kesempatan kepada sebanyaknya siswa untuk unjuk kompetensi dalam banyak bidang dengan kualitas kompetisi yang makin baik. “Baik di nasional maupun internasional,” pungkasnya. (*)