Subandi – Mimik Hadiri Gebyar Sholawat Hari Santri bersama Gus Miftah, Gus Kautsar dan Habib Zaidan
SIDOARJO – Ratusan ribu santri dan warga Sidoarjo tumpah ruah mengikuti Gebyar Sholawat dan Ngaji Kebangsaan di Parkir Timur GOR Sidoarjo, (22/10). Lantunan sholawat nabi dipimpin langsung Habib Muhammad Zaidan bin Haidar bin Yahya. Gus Kautsar, Gus Miftah yang baru dilantik sebagai utusan khusus Presiden dan Gus Fahim Ploso menjadi penceramah utama diacara Gebyar Sholawat menyambut satu abad Pondok Pesantren Al-Falah Ploso dan Hari Santri Nasional 2024. Subandi dan Mimik Idayana bersama sejumlah kiai-kiai Nahdlatul Ulama (NU) turut menghadiri acara tersebut. Dalam kesempatan tersebut, Gus Kausar mengatakan sebagai seorang santri harus terus ngaji dan belajar untuk menjadi lebih baik. Karena mencari ilmu diwajibkan dalam setiap waktu. “Ngaji itu memang sebuah keharusan, sepanjang waktu. Karena tuhan menciptakan kita hanya untuk beribadah kepada Allah SWT,” kata Gus Kausar.Menurut Gus Kausar banyak cara menuju Allah SWT. Misalnya banyak melakukan wirid-wirid dan puasa, banyak sholat dan sholawat. Ada juga dengan cara mengabdi kepada masyarakat, seperti yang sedang dilakukan Subandi yang saat ini menjabat Plt Bupati Sidoarjo. “Ada 7 kelompok yang pasti selamat di hadapan Allah SWT, kelompok pertama itu adalah imamul adil; pejabat yang baik. Begitu pemimpin tidak adil ya dosanya berkali-kali lipat,” sebut Gus Kausar.Gus Kausar berpesan kepada Subandi untuk menjadi pemimpin yang super bijaksana, super sabar, super perhatian dan super loman. Kita orang yang banyak kelemahan dan kekurangan. Dan loman cara untuk melupakan kelemahan kita. “Saudara Subandi ini istimewa betul, karena hanya dengan kebijaksanaan dan kedermawanan seseorang layak menjadi pemimpin,” ujarnya. Sementara Gus Miftah meminta santri harus memiliki mentalitas yang kuat; harus sadar akan kekurangan dan memperbaiki kekurangan tersebut. Artinya harus terus belajar untuk menjadi yang terbaik di posisi dan profesi apapun.”Santri itu harus dinamis, tidak statis. Santri itu harus jadi trensetter bukan follower. Santri itu harus jadi problem soulver bukan troble meker,” tegasnya. “Bedanya orang pesimis dan optimis itu terletak di cara pandang. Orang optimis melihat peluang dalam masalah, orang pesimis melihat masalah dalam peluang,” tambah Gus Miftah yang baru dilantik Presiden Prabowo Subianto sebagai utusan khusus presiden bidang kerukunan umat beragama. (*)