Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air (DPUBMSDA) Sidoarjo Dwi Eko Saptono teringat saat rapat 2019 lalu di Kantor Gubernur Jatim. Saat itu dirinya masih menjabat Kabid Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sidoarjo. “Saat itu saya diundang tim ahli Presiden dalam rangka menyusun kebijakan percepatan pertumbuhan ekonomi Jatim,” katanya. Saat itu, ada rencana awal untuk membangun jalur luar lingkar timur dari dari Surabaya, Sidoarjo sampai Bangil. Jika begitu, Sidoarjo hanya akan dilewati saja. Dirinya usul, agar dibangun fly over lebih dulu sebagai urai kemacetan di Sidoarjo dan akses menuju bandara Juanda. “Saya tanya ke tim yang dari Jakarta, mereka mengakui jika keluar bandara langsung macet. Karena itu usulan FO saya sampaikan,” kata Alumni Fakultas Teknis Sipil dan Perencanaan ITS itu. Rapat pun selesai. Tak lama, ternyata presiden Jokowi menerbitkan Perpres 80 tahun 2019. Salah satunya isinya, pembangunan FO Djuanda. “Saya langsung merinding, upaya untuk mengurai kemacetan mendapatkan lampu hijau,” katanya. Proses demi proses berlangsung. Sidoarjo selalu dilibatkan. Mulai proses hibah lahan TNI AL ke Pemkab Sidoarjo hingga pertimbangan teknis. Apalagi, Dwi sudah menjabat sebagai Kepala DPUBMSDA. “Misalnya awal itu oprit FO itu kemiringannya 5 persen. Kami usulkan menjadi 4 persen agar naik fly over tidak terlalu menanjang. Bahkan alat berat TNI bisa mudah. Usulan itu disetujui menjadi 3,9 persen,” katanya. Ornamen yang dipasang di dinding FO juga usulan Sidoarjo. Ornamen dipasang mencerminkan budaya lokal. Ada ornamen menggambarkan orang sedang membatik. Karena Sidoarjo punya kampung batik. Warna terakota digunakan terinspirasi dari warna dinding candi yang ada di Sidoarjo. “Mencerminkan kejayaan Sidoarjo sejak dulu,” katanya. Dinding FO juga dihias dengan mural. Itu juga usulan Sidoarjo. Muralnya mencerminkan kekhasan Sidoarjo. Ada gambar bandeng, tanaman khas, seperti pisang. “Ketika sudah dimural, bisa menghindari aksi vandalisme. Karena sudah cantik,” katanya. Termasuk taman di tengah bundaran fly over juga usulan Sidoarjo. Agar ada kesan rimbun. “Taman juga didesain bagus agar jadi pesona delta. Disematkan pula monumen kolaborasi antara Pemkab dan TNI AL setinggi 12 meter. Digambarkan udang bandeng dan jangkar kapal,” katanya. Kini hasil kerja keras Sidoarjo bisa dirasakan. FO tidak sekadar mengurai kemacetan, namun juga cantik. “Ketika akses fly over terbangun, ini bagian penyiapan antar wilayah. Bahkan percepatan ke IKN karena Juanda jadi salah satu pintu utama Indonesia,” pungkasnya. (*)