Afeksi.com – SIDOARJO – Pagi baru saja menyingsing di Sidoarjo, namun Pasar Larangan sudah ramai seperti biasanya. Para pedagang datang sejak dini hari, menata dagangan, merapikan sayuran, membersihkan ikan, dan mengelap lapak yang akan segera penuh sesak oleh para pembeli. Aroma bumbu dapur dan berbagai rempah bercampur dengan udara pagi, sementara riuh rendah suara tawar-menawar dan sapaan akrab mewarnai setiap sudut pasar.Namun, hari ini ada yang berbeda di pasar ini. Kabar kedatangan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Sidoarjo, H. Subandi dan Hj. Mimik Idayana, sudah menyebar sejak kemarin. Pasangan yang dikenal dengan tagline “BAIK” ini dikenal dekat dengan masyarakat dan sering turun langsung untuk mendengar suara mereka. Tak heran jika berita tentang kunjungan mereka segera membuat pasar pagi itu lebih ramai dari biasanya.Tak lama setelah matahari meninggi, H. Subandi dan Hj. Mimik tiba di Pasar Larangan. Penampilan mereka yang sederhana serta kehadiran penyanyi dangdut Sodiq, yang ikut mendampingi, menambah kehangatan dalam kunjungan itu. Senyum Hj. Mimik menyambut para pedagang, tangannya terulur untuk menyapa dan bersalaman, sementara H. Subandi sesekali menepuk pundak pedagang yang menghampirinya. Suasana menjadi lebih meriah dan akrab saat beberapa pedagang dan pengunjung, terutama ibu-ibu, mengajak Hj. Mimik untuk berfoto bersama.Pasangan BAIK tidak hanya menyapa, mereka juga terlibat dalam percakapan yang hangat dengan para pedagang. H. Subandi dan Hj. Mimik terlihat serius mendengarkan setiap keluhan yang disampaikan.Seorang pedagang sayur bernama Fatimah bercerita tentang kondisi pasar yang sudah tua dan tak lagi nyaman. “Pasar ini sudah lama begini saja, Pak, Bu. Kadang kebersihannya kurang terjaga, stan-stan pun belum tertata rapi. Yang kering dan basah masih campur. Itu bikin tempat ini tidak nyaman bagi pedagang maupun pembeli,” keluh Fatimah sambil merapikan daun selada di lapaknya.Mendengar keluhan itu, H. Subandi mengangguk, menyimak dengan penuh perhatian. Dengan nada tegas namun ramah, ia menyampaikan visinya tentang revitalisasi pasar-pasar tradisional di Sidoarjo. “Pasar tradisional adalah denyut nadi ekonomi masyarakat kita. Kami ingin pasar-pasar ini tetap hidup, tetap ramai, namun lebih nyaman dan layak bagi semua,” ujarnya, suaranya penuh keyakinan.Ia melanjutkan, “Ke depan, stan-stan akan diatur lebih rapi, area kering dan basah akan dipisah agar tidak tercampur. Tujuan kami sederhana: membuat pasar tradisional ini jadi tempat yang lebih nyaman bagi pedagang maupun pembeli,” katanya.Ucapan H. Subandi segera disambut dengan anggukan dan senyum puas dari Fatimah serta pedagang-pedagang lain yang mendengarkan. Dalam hati, mereka seakan mulai merasakan secercah harapan baru.Sementara itu, Hj. Mimik menambahkan, “Pasar ini adalah jantung ekonomi rakyat. Kami ingin pedagang kecil di Sidoarjo bisa berjualan dengan nyaman, sehingga usaha mereka bisa berkembang. Jika mereka nyaman, pembeli pun akan merasa lebih betah belanja di sini. Revitalisasi pasar ini bukan sekadar perbaikan fisik, tapi upaya meningkatkan ekonomi lokal agar masyarakat bisa sejahtera,” ujarnya penuh semangat. Kata-kata tersebut membakar semangat para pedagang yang mendengarkan.Bukan hanya kata-kata, pasangan BAIK juga menunjukkan kepedulian nyata dengan berbelanja langsung dari para pedagang. Hj. Mimik tampak membeli beberapa ikat sayuran dan bahan makanan lainnya, sementara H. Subandi berbincang dengan seorang penjual rempah yang mengeluh tentang harga yang kadang tidak stabil. “Kalau harga-harga naik, pembeli pasti berkurang, Pak. Dampaknya, dagangan kami jadi sulit laku,” ujar si pedagang sambil menghela napas panjang. H. Subandi hanya tersenyum penuh pengertian, lalu bertutur bahwa dirinya dan Hj. Mimik akan berupaya menjaga stabilitas harga bahan pokok jika terpilih.Percakapan demi percakapan pun mengalir, membuat kehadiran pasangan BAIK terasa lebih dari sekadar kunjungan politik. Mereka benar-benar terlihat peduli dan paham akan persoalan sehari-hari yang dihadapi para pedagang. Para pedagang merasa ada harapan baru; bahwa kondisi pasar yang kumuh, penataan yang semrawut, serta fasilitas yang kurang memadai akan mendapat perhatian lebih jika pasangan ini terpilih.Fatimah yang berdiri di lapaknya menyaksikan H. Subandi dan Hj. Mimik yang perlahan melangkah keluar pasar dengan langkah pasti. Sambil memandangi punggung mereka yang kian menjauh, Fatimah berbisik pelan pada pedagang lain di sebelahnya. “Semoga nanti kalau mereka terpilih, mereka benar-benar ingat sama kita,” ucapnya, wajahnya menyiratkan harapan yang besar.Hari itu, Pasar Larangan mungkin tidak langsung berubah. Namun, komitmen yang diucapkan H. Subandi dan Hj. Mimik memberi secercah harapan bagi para pedagang. Kunjungan pasangan BAIK seolah meninggalkan jejak harapan yang diam-diam mengakar di hati para pedagang dan warga pasar. Pasar ini mungkin masih sederhana, namun kini mereka bisa bermimpi bahwa suatu hari nanti tempat ini akan menjadi pasar yang layak dan nyaman—tempat di mana ekonomi kecil bertumbuh dan kehidupan mereka bisa lebih baik. (*)